Bahasa Jawa Tergerus Zaman
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati.
Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. (Kridalaksana: 1983) Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Bangsa kita memiliki banyak bahasa daerah yang salah satunya bahasa jawa. Bahasa jawa memiliki penutur yang paling banyak. Pada zaman sekarang bahasa jawa terancam hilang karena ditinggal penuturnya sebagai akibat dari globalisasi dan perkembangan teknologi. Para siswa di SMK N 1 Bukateja dalam menggunakan bahasa jawa kebanyakan menggunakan bahasa ragam ngoko lugu bukan krama alus. Bahkan ada sebagian siswa yang lebih senang menggunakan bahasa Indonesia. Dari realita tersebut dikhawatirkan bahasa dan unggah ungguh bahasa jawa lambat laun akan hilang dari masyarakat jawa. Padahal bahasa jawa merupakan peninggalan leluhur yang wajib dijaga kelestariannya oleh para siswa yang akan menjadi generasi penerus bangsa dan menjadi pewaris budaya jawa. Di sekolah mata pelajaran bahasa jawa termasuk muatan lokal yang alokasi waktu 2 jam per minggu. Kompetensi pembelajaran bahasa jawa mencakup 4 aspek yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Tetapi tidak semua siswa dapat menerima pelajaran bahasa jawa dengan mudah. Ketidakberhasilan pembelajaran bahasa Jawa dipengaruhi oleh banyak faktor. Latar sosial yang berbeda, bisa menjadi faktor penguasaan sebuah bahasa. Selain itu, minat belajar siswa pada mapel bahasa jawa khususnya yang menggunakan bahasa krama alus. Para siswa menganggap mapel bahasa jawa bukan mapel yang penting dan menganggap bahasa jawa merupakan pelajaran yang sulit dipelajari. Selanjutnya, siswa kurang memiliki buku-buku yang dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi sehingga penguasaan dan pengetahuan kosakata sangat kurang. Penggunaan metode pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa. Metode yang tepat dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Adapun upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dari segi guru,hendaknya dapat menerapkan metode-metode pembelajaran yang sekiranya mampu membantu kemampuan siswa dalam menerapkan bahasa krama alus. Sebagai contoh metode CTL mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Siswa berperan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru tidak memberikan semua pengetahuannya kepada murid secara detail, namun siswalah yang mengkontruksikan sendiri pengetahuan. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa bahwa pelajaran bahasa jawa bukan merupakan pelajaran yang sulit.Pihak sekolah juga hendaknya menyediakan sumber belajar atau buku-buku yang sekiranya dapat menunjang belajar siswa.
Dari segi siswa sebaiknya senantiasa menambah penguasaaan kosakata bahasa jawa krama alus dengan banyak membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran bahasa jawa.Di samping itu,siswa seharusnya berusaha menggunakan bahasa krama alus dalam kehidupan sehari-hari.Dari segi orang tua juga harus senantiasa memotivasi anak-anaknya,membiasakan diri menggunakan bahasa krama alus dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi penggunaan bahasa Jawa krama alus yang carut marut di atas menjadi keprihatinan tersendiri bagi masyarakat Jawa tentang keberadaaanya.
Kegagalan penguasaan bahasa pertama (bahasa ibu, Jawa) bukan semata-mata kesalahan generasi tua yang tidak bisa mentransfer kepada generasi penerusnya. Konsistensi bahasa Jawa sebagai bahasa ibu nampaknya berangsur mulai surut pemakaiannya dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kondisi yang demikian merupakan sifat alamiah dan dialami pula oleh bahasa-bahasa di dunia. *)
Penulis adalah guru Bahasa Jawa SMK Negeri 1 Bukateja, Purbalingga. Oleh : Sabar Asih Setiyani, S.Pd (24 April 2022)